Showing posts with label Destinasi. Show all posts
Showing posts with label Destinasi. Show all posts

Sunday, August 21, 2016

Pantai Sawarna, Surga Tersembunyi di Bumi Banten

Beberapa waktu ini, terdapat sebuah tempat wisata pantai di daerah Banten yang banyak dibicarakan dan mulai banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Pantai tersebut bernama pantai Sawarna.

Pantai yang mempunyai hamparan pasir putih bersih disatu sisi dan karang yang menjulang di sisi lain banyak menjadi buah bibir oleh banyak wisatawan dikarenakan keindahan alamnya yang begitu menawan. Percaya atau tidak, keindahan pantai Sawarna ini dapat di sejajarkan pantai dengan pantai-pantai indah di luar Banten.

Pantai ini merupakan salah satu objek wisata andalan di Banten karena keindahannya merupakan salah satu pantai terindah yang ada di provinsi Banten.


Pantai Sawarna yang terkenal tersebut berjarak sekitar 150 Km dari Rangkasbitung dan berada di desa Sawarna kecamatan Bayah kabupaten Lebak provinsi Banten. Sawarna sendiri sebenarnya adalah nama desa tempat dimana pantai tersebut berada.

Pantai Sawarna adalah pantai yang menghadap ke Samudera Hindia, sehingga mempunyai ciri khas pantai selatan dengan ombaknya yang besar dan arusnya yang kuat. Letaknya yang terpencil dan akses yang agak sulit untuk dijangkau membuat pantai Sawarna seperti surga yang tersembunyi di wilayah terpencil.

Beberapa tahun silam bahkan tidak banyak wisatawan yang berkunjung kesana karena sulit dan cukup buruknya akses jalan untuk mencapai Sawarna. Berkat promosi mulut ke mulut serta promosi melalui media online, semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk datang ke surga tersembunyi ini.

sumber : bantenwisata.com
·

Friday, August 19, 2016

Angklung Sunda


Angklung is an Indonesian musical instrument consisting of two to four bamboo tubes suspended in a bamboo frame, bound with rattan cords. The tubes are carefully whittled and cut by a master craftsperson to produce certain notes when the bamboo frame is shaken or tapped. Each Angklung produces a single note or chord, so several players must collaborate in order to play melodies. Traditional Angklungs use the pentatonic scale, but in 1938 musician Daeng Soetigna introduced Angklungs using the diatonic scale; these are known as ''angklung padaeng.'' 

The Angklung is closely related to traditional customs, arts and cultural identity in Indonesia, played during ceremonies such as rice planting, harvest and circumcision. The special black bamboo for the Angklung is harvested during the two weeks a year when the cicadas sing, and is cut at least three segments above the ground, to ensure the root continues to propagate. 

Angklung education is transmitted orally from generation to generation, and increasingly in educational institutions. Because of the collaborative nature of Angklung music, playing promotes cooperation and mutual respect among the players, along with discipline, responsibility, concentration, development of imagination and memory, as well as artistic and musical feelings.
·